from static.skalanews.com |
Kita hanya kan bermimpi indah dalam lamunan kalau kita
menunggu Jama'ah yang sempurna yang berisikan manusia-manusia sempurna tanpa
noda nan suci. Pada kenyataannya,tak ada satupun Jama'ah di dunia ini yang
sempurna. Jama'ah yang dibangun oleh Rasulullah-pun tidak luput dari adanya
kesalahan shahabatnya.
Masih ingat Ka'ab bin Malik?. ia adalah shahabat Rasul yang
khilaf sampai-sampai ketinggalan ketika Perang Tabuk, hingga ia mendapat
hukuman dari Rasul,dikucilkan sampai berpuluh hari lamanya.
Lalu Bagaimana dengan zaman ini? sesuai dengan bisyarah yang
Rasulullah bawa, kaum Muslimin tersebar berbagai macam Jama'ah dan kelompok. Dipastikan
tak ada satupun yang berisikan manusia-manusia suci bak Malaikat. Kita bisa
mencari Jama'ah atau kelompok yang paling lebih sedikit mudharat yang dibawa,
lebih sedikit orang-orang zhalim yang tergabung di dalamnya. Tiadanya jama’ah
sempurna karena Jama'ah yang ada adalah Jama'ah manusia, jama'ah yang berisikan
makhluk lemah yang sangat mungkin bisa salah.
Kita hanya kan terlena kalau apa-apa yang seluruh kita
yakini adalah finalitas menuju ke Surga tanpa usaha terus belajar dan menerima
masukan.
Ketika merasa kebenaran sudah di tangan, maka mudah sekali
untuk menyalahkan sedikit saja perbedaan. Padahal bisa jadi ilmu dan
pengetahuan kita belum mencukupi sehingga bisa jadi yang beda itu benar adanya.
Persoalan perbedaan dalam hal cabang (Tidak prinsip dan tidak mendasar) kita
anggap pokokhingga bisa jadi vonis kafir, kufur, musyrik sadar atau tidak
terlontar dari lidah kita. Surga-pun hanya bagi yang sepaham kita saja,
sedangkan orang-orang yang berbeda dengan kita padahal masih sama dalam hal
yang pokok dan mendasar pasti masuk neraka.
Kita jua hanya ter-nina bobokan kalau hanya menunggu dalam
diam menunggu pemimpin yang sempurna tanpa cacat turun dari langit, tanpa
disertai usaha bersama mendukung pemimpin yang baik dan shalih saat ini.
Pada kenyataannya, pemimpin akhir Zaman yang kan membawa
kedamaian bagi dunia nanti adalah perkara Ghaib, tidak ada satupun yang
mengetahui secara tepat kapan hadirnya, bagaimana rupanya, sedangkan saat ini
manusia butuh pemimpin yang amanah untuk mengurusi segala Hajatnya, bukan yang
harus sempurna tanpa cacat tapi pemimpin yang sanggup untuk komitmen,yang
memahami Al Islam sebagai modal terbaik kepemimpinannya.
Parta Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Realita
Lahir dari rahim reformasi, partai berbasis Jama'ah Tarbiyah
ini berusaha untuk ikut andil mengelola negara Indonesia yang besar ini.
PKS yang merupakan satu-satunya partai beraskan Islam Apakah
semuanya bersih dan terbebas dari kesalahan? tentu tidak. Justru kita bakal
"ngeri" kalau semua anggota PKS itu bersih dari kesalahan, karena
pasti bukan makhluk bernama manusia yang mengisinya.
Berbagai kasus telah mengiringi kiprah PKS, dari yang
sifatnya kasus kecil remeh temeh, hingga kasus fitnah besar yang menusuk
jantung tubuh PKS. Tapi Allah punya kuasa, Allah masih melindungi Partai ini
dari perpecahan tak karuan yang mudah melanda partai lain, ada partai baru yang
baru mau mulai perdana pemilu sudah pecah.
Perubahan-perubahan dan kerja yang nyata
PKS tak perlu banyak membuat iklan di TV ataupun baliho
besar di pinggir jalan untuk mengusung jargon "Katakan tidak pada
Korupsi" ataupun "Calon Presiden harus berani Sumpah pocong untuk
tidak korupsi" tapi lebih sibuk untuk bekerja bahwa partai ini memang anti
korupsi dengan terbuktinya hasil dari penelitian ICW, bahwa PKS dan Hanura
paling bersih dari korupsi pada tahun 2012 kemarin.
UU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang sarat akan nilai
perbaikan akhlak masyarakat, , UU Perbankan Syariah dimana perekonomian
berbasis syariah mendapat payung hukum di Indonesia RUU Jaminan Produk Halal
yang ingin melindungi Ummat Islam (yang mayoritas di Indonesia) agar
mengkonsumsi produk-produk halal sesuai dengan aturan Islam yg saat ini sedang
diperjuangkan PKS, dan sederet UU
lainnya dimana PKS sebagai motor penggera utama menggolkan UU dengan
nilai-nilai dan harapannya ingin melahirkan masyarakat madani.
PKS tidak hanya meneriakkan jargon-jargon perubahan dan
restorasi, juga tak perlu mengadakan berbagai seminar untuk mengoreksi berbagai
kebijakan pemerintah, tapi terjun langsung dengan berpartisipasi aktif dalam
pemerintah dan melakukan perubahan nyata disana.
Tanpa meninggalkan Socio-culture, PKS juga tetap
bergerak di ranah masyarakat bawah, meningkatkan kualitas kaum perempuan,
meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan pemberdayaan ekonomi. Tak
ketinggalan juga kita bisa lihat bagaimana sedikit demi sedikit Gubernur Jabar
(kader dari PKS) Ahmad Heryawan mengadakan pengajian rutin di lingkungan
pemprov. Semua memang berawal dari hal yang kecil dan sederhana. Mari kita lihat Kaidah Ushul : من لا يدرك كله لا يترك كله
(Mâ la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu) “Jika
tidak bisa meraih semuanya, jangan tinggalkan semuanya”
Memang pencapaian yang ada masih belum sempurna dan
lengkap..tapi jangan sampai kita tinggalkan semuanya.
Kerja nyata PKS juga bisa dirasakan baik dalam kondisi normal
atau dalam kondisi bencana. Dikala banyak pihak berdebat mengenai apa penyebab
banjir Jakarta, berdebat apakah harus pindah Ibukota, tapi kader-kader PKS
secara konkrit terjun ke tiap-tiap sudut kota yang kebanjiran untuk membantu
korban banjir, dari pembagian nasi bungkus hingga membangun posko-posko bantuan
banjir. Apakah aksi ini hanya menjelang pemilu? alhamdulillah tidak.
Dari aksis baksos (bakti sosial), aksi-aksi P2B (Pos
Penanggulangan Bencana), semuanya tak mengenal momentum apakah pemilu atau
pilkada. Aksi-aksi PKS yang secara nyata ini, memaksimalkan fungsi dan perannya
dalam Political Communication dan Political Socialization.
Bagaimana PKS membangun komunikasi dan sosialisasi politik yang positif dan
konstruktif di tengah derasnya arus pesimisme yang melanda masyarakat kepada
partai politik di Indonesia.
Di tengah kondisi maraknya Praktik korupsi di segala lini,
riba merajalela, Narkoba menjamur dari rakyat bawah, artis-artis, hingga
pejabat, pergaulan bebas dan permisif, liberalisasi di berbagai sector, dari sosial,
pendidikan, hingga budaya, semua ini ummat membutuhkan perubahan yang nyata,
ummat membutuhkan pemimpin yang kuat dan amanah . Maka tak layak bagi kita untuk
meninggalkan kondisi ini dengan menunggu hingga pada akhirnya dikuasai oleh
Pihak-pihak serakah yang menggerogoti bangsa. Ummat juga membutuhkan kerja
nyata dan konsisten yang tidak hanya yang bersifat musiman.
So, apakah kalian mau terus bermimpi sambil menunggu dalam
diam atau bergerak dan bekerja dalam realita atau setidaknya mendukung usaha
perbaikan yang nyata?
Aji Teguh Prihatno
Mursalat, Riyadh, 17 Rabiul Awwal 1434