Senin, 18 November 2013

Press Release Pelatihan Media DPW PKS Arab Saudi


Pelatihan Media DPW PKS Arab Saudi

Riyadh, Sabtu (16/11). Perkembangan media dan dunia informasi kini sedemikian berkembang pesat dan terbuka, menjadi suatu kewajiban bagi para kader dakwah untuk turut serta berkontribusi aktif mewarnai jagat Dunia Maya. Diperkirakan lebih dari 2,5 milyar manusia di seluruh dunia menggunakan internet, serta lebih dari 145 juta warga negara Indonesia menggunakan jaringan internet, jelas bahwa dakwah tulisan melalui online menjadi satu sarana yang signifikan untuk menyebarkan nilai-nilai dakwah.

Dalam rangka menciptakan tim media yang profesional serta menyongsong kemenangan dakwah di Pemilu 2014, TPPLN (Tim Pemenangan Pemilu Luar Negeri) PIP PKS Arab Saudi, atau setingkat Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), mengadakan kegiatan pelatihan media. Acara ini dibagi dua gelombang, gelombang pertama diikuti oleh 10 kader ummahat (ibu-ibu), dan gelombang kedua diikuti oleh 20 kader ikhwan.

Pada gelombang pertama, 10 kader (Ummahat) diberi pelatihan Media online (Social Media) dan Media offline (buletin) yang diselenggarakan di sekretariat buletin Annisa bertempat di distrik Dir'iyah, Riyadh. Materi kegiatan ini disampaikan oleh Bapak Aji Teguh Prihatno, ST. Acara pelatihan gelombang pertama ini berlangsung dalam 2 sesi. Sesi pertama adalah pemaparan materi berjudul "Fungsi, Peran dan Tipe Media", kemudian dilanjutkan dengan materi bertema "Membuat Media Cetak dan Online". Pada sesi kedua ini, peserta tidak hanya mendengarkan namun sekaligus praktek mengerjakan tugas yang diberikan oleh pemateri. Tugas yang berupa pembuatan sebuah artikel yang layak muat di media cetak serta pembuatan akun twitter dan berlatih menggunakannya diikuti peserta dengan antusias dan bersemangat.

Pelatihan Media DPW PKS Arab Saudi batch 1


Sedangkan gelombang kedua, 20 kader (ikhwan) diberi pelatihan khusus Media Online (Social Media) yang diselenggarakan di sekretariat PIP PKS Riyadh, di district Ummul Hammam, Riyadh. Sesi pertama pelatihan pada gelombang kedua bertema "Fungsi, Peran dan Tipe Media", dan sesia kedua bertema "Optimalisasi Social Media". Acara di akhiri dengan makan bersama kader dengan menu Nasi Kabsa (ayam panggang khas timur tengah).

Pelatihan Media DPW PKS Arab Saudi batch 2


Semoga dengan diadakannya kegiatan ini dapat memotivasi para peserta untuk berdakwah melalui media serta menambah kualitas tulisannya sehingga terus menebar manfaat dan kebaikan bagi ummat. Sehingga semakin banyak pena-pena yang turut serta memenangkan dakwah ini.

Aji Teguh Prihatno
Ketua Media TPPLN (Tim Pemenangan Pemilu Luar Negeri) DPW PKS Saudi 

Sabtu, 27 Juli 2013

Harmoni Cinta di Negeri Padang Pasir | Ifthar Jama'i PIP PKS Riyadh




Panitia Ifthar Jama'i DPD PKS Riyadh
Riyadh - Jumat (26/7), Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera (PIP- PKS) Riyadh atau setingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS, mengadakan Ifthar Jama'i (buka puasa bersama) di Distrik Dir'iyyah, Riyadh, KSA. 

Acara buka puasa bersama, yang merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh PIP PKS Riyadh, pada kali ini dihadiri sekitar 300 jamaah, terdiri dari Ekspatriat, pekerja industri, Rumah Sakit, Mahasiswa, dan juga ibu-ibu rumah tangga.

Tema Ifthar Jama'i kali ini, "Harmoni Cinta di Negeri Padang Pasir", yang merupakan representasi dari Slogan PKS "Cinta Kerja dan Harmoni" dalam bingkai bulan suci Ramadhan di Negara Saudi Arabia. Acara dibuka oleh ketua panitia dan ketua PIP PKS Riyadh, bapak Tejo Bawono.

Sebelum berbuka, panitia mengundang dua pembicara. Pembicara pertama, Bapak Tommy Firmansyah, MSc ,membahas "Suasana Ramadhan di Dua Benua (Eropa & Asia)" .Pak Tommy, sapaan beliau, yang pernah stay di Inggris selama 18 tahun, menceritakan bagaimana suasana Ramadhan di Negara Inggris,  negara yang kini populasi muslim-nya sebesar 5% dari jumlah penduduk Inggris atau sekitar 3 juta penduduk yang beragama Islam. Durasi puasa di Inggris selama 18 jam ketika musim panas, dan 7 jam ketika musim dingin. Sedangkan di Jazirah arabia, durasi puasa ketika musim panas berkisar selama 15 jam sehari. 

Kemudian acara dilanjutkan dengan berbuka waktu berbuka di Riyadh pukul 18:40 GMT+3 atau sekitar pukul 22:40 WIB. Ta'jil yang disediakan panitia berupa gorengan ala Indonesia, ada makanan khas saudi bubur Surbah dan gorengan Sambousa.

Setelah berbuka puasa, santap malam, dan sholat magrib, acara dilanjutkan dengan Teleconference dari Calon Anggota Dewan PKS daerah Pemilihan Luar Negeri, Bpk DR Taufik Widjaja untuk memaparkan profile dan visi misi nya, yang dilanjutkan sesi tanya jawab terkait kebijakan DPP PKS terhadap Diaspora dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan Tenaga Kerja Indonesia. 

Pembicara kedua, Ustadz Munir Ridwan, Lc membahas "Napak Tilas Ramadhan para Salafus Shalih". Pada kesempatan ini, Ustadz Ridwan menceritakan bagaimana generasi Salaf (Sahabat, Tabi'in dan Tabiut Tabi'in) menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Rasulullah shallallahi 'alaihi wa sallam berbuka puasa dengan beberapa buah Ruthab (kurma muda) dan beberapa teguk air, ketika 10 malam terakhir beliau mengencangkan sarung, menjauhi istri-istrinya dan bersungguh-sungguh beribadah beritikaf di 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Ibnu Umar tidak berbuka puasa melainkan dengan fakir miskin. Malik bin Anas radhiallahuanhu meninggalkan aktivitas mengajarnya demi fokus membaca Al Quran. Imam Syafi'i mengkhatamkan Al Quran sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan. 



Teleconference dengan CAD PKS, DR Taufik Widjaja

Kemudian acara Ifthar Jama'i ditutup dan panitia menyelenggarakan Shalat Isya dan Tarawih berjamaah. 

Dokumentasi : 


Suasana peserta ifthar jama'i 


Peserta Ifthar Jama'i

suasana ketika persiapan berbuka dengan ta'jil 


Persiapan berbuka. Tajil


Ifthar Jama'i DPD PKS Riyadh. Istirahah



By :
twitter : @BungAji
Blog      :  aji.teguh.blogspot.com 



Jumat, 08 Maret 2013

Riyadh dan Sopir Taksi

alriyadh.com

#SerialLivingInRiyadh


Hampir setahun stay di Riyadh membuat saya sedikit banyaknya mengetahui transportasi apa saja yang ada di kota yang saya juluki "Seribu Satu Mesjid" ini. Transportasi di Riyadh didominasi oleh kendaraan pribadi dan Taksi. Bagi yang terbiasa tinggal di jakarta, ibukota dengan sejuta angkot (angkutan kota) semacam KWK (koperasi wahana kalpika) atau bus Metro Mini, yang dengan mudahnya didapati hanya cukup dengan lambaikan tangan di tepi jalan, dan ketika akan turun cukup ketuk langit-langit kendaraan sebagai kode untuk berhenti, pasti akan merasakan culture shock di Riyadh alias kesulitan mencari alternatif transportasi umum.

Pilihannya hanya satu : Taksi. Kalaupun ada bus, transportasi massal ini hanya untuk bepergian antar kota, bukan dalam kota Riyadh.

Sebenarnya ada alternatif, yaitu taksi pribadi, ada warga Indonesia, Bangladesh atau mungkin Pakistan yang bisa kita calling kapan saja sesuai perjanjian. Tapi itu namanya Taksi juga sih, meski beda tipe, dan biasanya tarif nya relatif lebih mahal dari taksi pada umumnya.

Kalau naik Taksi di Indonesia, kita bisa langsung duduk manis dan kemudian sang sopir taksi menyalakan argometer-nya, secara otomatis langsung menyentuh angka Rp.5000, Rp 2500 per kilometer nya, dan dikenakan Rp.25000 per jam kalau Taksi harus menunggu. Tarif ini tentu dengan catatan, tarif bawah lho ya, bukan Taksi Premium semacam Bluebird apalagi Silver Bird.
 
Kalau kita naik Taksi di Riyadh, umumnya ada tawar menawar terlebih dahulu sebelum kita duduk manis di taksi. Jarang sekali kita dapati penumpang Taksi setuju memakai patokan argometer untuk tarif taksi. Menurut pengamatan saya, hal ini terjadi mengingat harga bensin di Saudi sangat murah di dunia, 0.45 SAR (Saudi Arabia Riyal) yang kalau kurs 1 riyal = 2500, maka 0.45 riyal sekitar 1125 rupiah saja. Kalau kita manut sang sopir menggunakan argo nya maka bagi pekerja indonesia yang belum memiliki kendaraan pasti terbebani biaya ongkos nya.

Sopir-sopir taksi di Riyadh didominasi oleh sopir ekspatriat dari Pakistan, dari hasil survei kecil-kecilan saya dengan bertanya langsung sang sopir, saya dapati lebih dari 85% sopir taksi di Riyadh berasal dari Pakistan, dari 85 % itu, saya dapati 90 persen nya dari provinsi Peshawar, Pakistan bagian utara.

"min aina anta" ? (dari mana kamu berasal) tanya saya. "Pakistani" jawab sopir taksi.
"min peshawar?"(dari Peshawar) tanyaku untuk mempertegas. "aiwa" (iya) begitu jawaban sang sopir sambil agak sedikit menggelengkan kepala khas seperti orang India.

Selain Pakistan, ada juga sopir taksi dari bangladesh, Yaman, Suriah atau bahkan ada juga Sopir Taksi dari penduduk Lokal Saudi. Nah, yang terakhir ini sopir favorit saya, karena sopir lokal yang saya temui seringkali murah dalam mentarifkan harga Taksi, bahkan belum lama ini penulis mendapat tarif 20 riyal saja (yang biasanya 30 riyal) dalam perjalanan 30 menit (sekitar 30 KM).

Berbicara kesepakatan harga ketika sebelum naik, seringkali saya harus tarik urat terlebih dulu ketika tawar menawar, khusus nya kepada para sopir Pakistan. Hal ini dikarenakan mereka seringkali mentarifkan harga yang mahal di awal. Jamak bagi budaya di sini, dan sudah seharusnya berlaku dimana-mana, ketika sudah sepakat akan suatu kesepakatan, maka "Haram" bagi kita untuk merombak di akhirnya.

Tak jarang, ketika Taksi sudah berjalan atau ketika sudah tiba di tujuan sang sopir taksi minta tambahan. Pernah, ketika saya mau mengaji bersama teman-teman di daerah Dir'iyah, sekitar 40 KM dari apartemen saya di Daerah Mursalat, diawal sepakat 20 riyal, namun sang sopir merasa jaraknya cukup jauh, maka ia meminta tambahan 5 riyal ketika kami sampai di Tujuan. Kami cuekin aja Sopir itu.

Pernah pula saya naik taksi dengan sopir seorang Pakistan, ia setuju tarif 10 riyal dari pasar Owais ke apartemen saya. Jarak dari pasar ke apartemen hanya 400 meter.  Setiba di depan apartemen ia meminta 20 riyal!.. issh hadzaa..?? (apa-apaan ini)

Alasan si sopir  dengan bahasa arab dan inggris sekena-nya, ia katakan karena saya membawa karpet yang besar dan banyak. Dalem hati saya bicara, siapa suruh ia setuju 10 riyal di awal??. Tapi dalam bahasa arab ammiyah saya katakan "Anta mafi kalam fii awwalun", (Anda ga bilang-bilang sih dari awal).

Yaudah deh saya keluarkan seluruh karpet dari mobil dan bagasi, saya kasih tambahan 2 riyal, dan kemudian saya tutup pintu mobil Taksi dengan baik-baik dikala sang Sopir masih mencerocos tidak jelas. Dua riyal tambahan itu udah baik banget tuh dari saya.. :)

Saya coba memahami hal ini dengan berpikir,bisa jadi karena mereka kebanyakan dari background dengan taraf pendidikan dan ekonomi yang minim, sehingga "nafsu" mengejar setoran begitu besar. Mengingat saya pernah berbincang dengan salah satu sopir dari Pakistan. Pendapatan mereka per-bulan kisaran 3000-hingga 6000 riyal atau 7.5 juta hingga 15 juta Rupiah. Beda dengan sopir lokal saudi, mungkin karena mereka sudah lebih terjamin kehidupan sosial nya dari kerajaan jadi tidak terlalu "bernafsu" mengejar setoran..wallahu'alam deh ya sebenernya kalau mereka mau bersyukur dengan tidak curang seperti menaikkan tarif seenaknya insha Allah rezeki mereka lebih berkah..

Para sopir-sopir ekspatriat di Riyadh ini memang tidak tahu menahu soal bagaimana melayani penumpang dengan baik, pasti pula tidak pernah ada training untuk itu, fokus mereka adalah hanya mencari nafkah dengan menjadi sopir taksi. Dan kita selaku warga asing juga di Riyadh, harus bersikap tegas di awal ketika nasik taksi, kalau sang sopir tidak mau sepakat dengan tarif yang kita tawarkan yasudah tolak aja dengan tegas tanpa perlu merasa gak enak.

Selain pengalaman yang kurang menyenangkan, saya juga pernah merasakan pengalaman ruhani yang cukup langka dengan Sopir Pakistan ini. Pernah suatu ketika sekembali dari Kantor Agent ke kantor saya di STC (Saudi Telecom Company), di tengah perjalanan sang sopir minta menepi untuk sholat ashar berjamaah di Mesjid. Hal ini seumur-umur tidak pernah saya alami. Begitu disiplinnya sang sopir untuk sholat berjamaah di Mesjid. Sungguh hari itu sang sopir ini menjadi  ustadz bagi saya dengan tindakan yang penuh keteladanan itu.

Berbicara pelayanan sopir taksi, kalau hasil survei LondonCabs.co.uk tidak memasukkan Riyadh salah satu kota dalam 10 kota dengan sopir taksi terburuk, maka menurut survei versi penulis yang sudah hampir setahun naik Taksi, kota Riyadh masuk setidak nya ke dalam 11 besar kota dengan pelayanan taksi terburuk..:D

Riyadh, Mursalat, 26 Rabiul Akhir 1434 H  

Senin, 11 Februari 2013

Sendawa dan Local Wisdom




Serial #LivingInRiyadh

Ada betulnya juga ketika Stephen R Covey merumuskan "Karakter seseorang terbangun dari Kebiasaan". Berbicara kebiasaan, dulu saya memiliki sebuah kebiasaan "buruk", setidaknya di beberapa budaya, yaitu bersendawa atau glegean dalam bahasa Jawa.

 Sedari dulu saya paling sering bersendawa setelah makan,  karena tidak ada satupun orang di sekitar saya, baik itu dari keluarga ataupun teman-teman yang menegur saya, maka saya pun menjadi terbiasa. Kebiasaan ini sering terjadi dimana saja saya berada, termasuk ketika saya harus bekerja dan stay di Riyadh. Rasanya lega dan plong gitu setelah Sendawa. Dan akhirnya, ada konsekuensi dari kebiasaan ini.

Ketika stay di Riyadh, saya sering disuguhi menu makan-makanan berdaging dengan minuman bersoda. Kebayang dong, kalau soda tuh salah satu biang nya bikin sendawa. Makanan yang sering saya jumpai beranama Nus Fahm (Nus : setengah porsi Fahm : ayam), yaitu setengah ekor ayam yang dipanggang ditambah roti tipis khas Timur Tengah, Chicken Kabab (ayam panggang yang digiling dibentuk pipih). Minumannya kadang soft drink yang bersoda atau minuman lokal Timur Tengah seperti Mauz bil haalib (mauz : pisang, haalib : susu) atau ada juga minuman yang biasa kami sebut Burtukol (jus jeruk).

Sebulan dua bulan saya menikmati panganan di Riyadh, paling sering makan makanan khas Riyadh itu ketika ghadaa' (lunch) ketika bel istirahat kantor.. emangnya sekolahan pakai bel..

Kenyang setelah makan seringkali saya otomatis sendawa di tempat, ataupun ketika lunch time kelar, sendawa pun masih bersisa ketika saya sudah duduk di cubicle kantor. Hingga pada suatu hari di siang hari yang cukup membara, saya bersendawa "agak kencang", hingga radius..mungkin.. 15-20 meter terdengar dengan jelas suara sendawa saya dengan cetar membahana. Sampai-sampai saya mendengar cekikikan pekerja di sekitar saya di balik bilik-bilik cubicle kantor, ada yang berasal dari Pakistan, india, atau China.

Tapi ada satu teman dari Suriah, ia bernama Aysar Khalid, yang memanggil saya dari bilik cubiclenya "Hi Aji, watch is that (sound)"?, saya pikir ia hanya bertanya biasa ingin recognizing suara macam apa yang barusan saya hasilkan, saya pun hanya tersenyum senyum tanpa merasa "berdosa".

Tepat beberapa detik setelah itu, datanglah orang Arab Lokal yang duduk 5 meter di belakang cubicle saya langsung menegur dengan wajah yang sangat tidak ramah bin asam bin marah. Sambil berbahasa tubuh menunjukkan tenggorokannya, ia berkata suara yang kurang jelas, saya tangkap "your sound, dont do it.." Antena radar saya pun langsung bekerja, pasti itu gara-gara suara sendawa saya. Saya pun secara reflek bilang 'afwan (maaf).." sambil menelungkupkan dua telapak khas orang indonesia.

Keesokan harinya, saya ceritakan kisah ini kepada sahabat dan senior saya yang juga dari Indonesaia yang juga sama-sama bekerja di Managed Service STC (Saudi Telecom Company), mereka pun tertawa. Karena budaya lokal di sini (Arab) sangat tidak berkenan kepada yang namanya Sendawa. Bahkan Zaky, salah satu seniorku bilang, Sendawa lebih tidak sopan daripada "buang angin". weleh... 

Setelah itu kapok deh sendawa, klo udh mau sendawa langsung teringat kejadian di kantor, saya pun langsung menutup mulut, atau minimal banget sendawa tanpa bersuara. Alhamdulillah saya ternyata bisa  menahan suara sendawa :D

by the way, sendawa itu suara atau bunyi yang keluar dari kerongkongan. Sering terjadi kala kita sedang dalam kondisi kenyang dengan kondisi mungkin ada "gas" yang berlebih dari perut kita, bukan senyawa kimia  Sendawa (KNO3 : Kalium Nitrat) yaaa.. :)

Sedari kecil, mungkin banyak dari kita dibiasakan untuk ucapkan hamdalah setelah sendawa, setelah saya cari dimana-mana, tidak ada dalil (Hadits) pengkhususan hal ini. 'Ala kuli hal.. Baiknya memang suara sendawa diminimalisir sekecil mungkin dimanapun kita berada.


Mursalat, Riyadh
11 Februari 2013 / 1 Rabiul Akhir 1434

Chicken Kabab :

Chicken Kabab foto by Aji 










Nus Fahm :
Nus Fahm foto by Aji




Rabu, 30 Januari 2013

PKS, Utopis, dan Realistis

from static.skalanews.com

Kita hanya kan bermimpi indah dalam lamunan kalau kita menunggu Jama'ah yang sempurna yang berisikan manusia-manusia sempurna tanpa noda nan suci. Pada kenyataannya,tak ada satupun Jama'ah di dunia ini yang sempurna. Jama'ah yang dibangun oleh Rasulullah-pun tidak luput dari adanya kesalahan shahabatnya.
Masih ingat Ka'ab bin Malik?. ia adalah shahabat Rasul yang khilaf sampai-sampai ketinggalan ketika Perang Tabuk, hingga ia mendapat hukuman dari Rasul,dikucilkan sampai berpuluh hari lamanya.
Lalu Bagaimana dengan zaman ini? sesuai dengan bisyarah yang Rasulullah bawa, kaum Muslimin tersebar berbagai macam Jama'ah dan kelompok. Dipastikan tak ada satupun yang berisikan manusia-manusia suci bak Malaikat. Kita bisa mencari Jama'ah atau kelompok yang paling lebih sedikit mudharat yang dibawa, lebih sedikit orang-orang zhalim yang tergabung di dalamnya. Tiadanya jama’ah sempurna karena Jama'ah yang ada adalah Jama'ah manusia, jama'ah yang berisikan makhluk lemah yang sangat mungkin bisa salah.
Kita hanya kan terlena kalau apa-apa yang seluruh kita yakini adalah finalitas menuju ke Surga tanpa usaha terus belajar dan menerima masukan.
Ketika merasa kebenaran sudah di tangan, maka mudah sekali untuk menyalahkan sedikit saja perbedaan. Padahal bisa jadi ilmu dan pengetahuan kita belum mencukupi sehingga bisa jadi yang beda itu benar adanya. Persoalan perbedaan dalam hal cabang (Tidak prinsip dan tidak mendasar) kita anggap pokokhingga bisa jadi vonis kafir, kufur, musyrik sadar atau tidak terlontar dari lidah kita. Surga-pun hanya bagi yang sepaham kita saja, sedangkan orang-orang yang berbeda dengan kita padahal masih sama dalam hal yang pokok dan mendasar pasti masuk neraka.
Kita jua hanya ter-nina bobokan kalau hanya menunggu dalam diam menunggu pemimpin yang sempurna tanpa cacat turun dari langit, tanpa disertai usaha bersama mendukung pemimpin yang baik dan shalih saat ini. 
Pada kenyataannya, pemimpin akhir Zaman yang kan membawa kedamaian bagi dunia nanti adalah perkara Ghaib, tidak ada satupun yang mengetahui secara tepat kapan hadirnya, bagaimana rupanya, sedangkan saat ini manusia butuh pemimpin yang amanah untuk mengurusi segala Hajatnya, bukan yang harus sempurna tanpa cacat tapi pemimpin yang sanggup untuk komitmen,yang memahami Al Islam sebagai modal terbaik kepemimpinannya.
Parta Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Realita
Lahir dari rahim reformasi, partai berbasis Jama'ah Tarbiyah ini berusaha untuk ikut andil mengelola negara Indonesia yang besar ini.
PKS yang merupakan satu-satunya partai beraskan Islam Apakah semuanya bersih dan terbebas dari kesalahan? tentu tidak. Justru kita bakal "ngeri" kalau semua anggota PKS itu bersih dari kesalahan, karena pasti bukan makhluk bernama manusia yang mengisinya.
Berbagai kasus telah mengiringi kiprah PKS, dari yang sifatnya kasus kecil remeh temeh, hingga kasus fitnah besar yang menusuk jantung tubuh PKS. Tapi Allah punya kuasa, Allah masih melindungi Partai ini dari perpecahan tak karuan yang mudah melanda partai lain, ada partai baru yang baru mau mulai perdana pemilu sudah pecah.
Perubahan-perubahan dan kerja yang nyata
PKS tak perlu banyak membuat iklan di TV ataupun baliho besar di pinggir jalan untuk mengusung jargon "Katakan tidak pada Korupsi" ataupun "Calon Presiden harus berani Sumpah pocong untuk tidak korupsi" tapi lebih sibuk untuk bekerja bahwa partai ini memang anti korupsi dengan terbuktinya hasil dari penelitian ICW, bahwa PKS dan Hanura paling bersih dari korupsi pada tahun 2012 kemarin.
UU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang sarat akan nilai perbaikan akhlak masyarakat, , UU Perbankan Syariah dimana perekonomian berbasis syariah mendapat payung hukum di Indonesia RUU Jaminan Produk Halal yang ingin melindungi Ummat Islam (yang mayoritas di Indonesia) agar mengkonsumsi produk-produk halal sesuai dengan aturan Islam yg saat ini sedang diperjuangkan PKS,  dan sederet UU lainnya dimana PKS sebagai motor penggera utama menggolkan UU dengan nilai-nilai dan harapannya ingin melahirkan masyarakat madani.  
PKS tidak hanya meneriakkan jargon-jargon perubahan dan restorasi, juga tak perlu mengadakan berbagai seminar untuk mengoreksi berbagai kebijakan pemerintah, tapi terjun langsung dengan berpartisipasi aktif dalam pemerintah dan melakukan perubahan nyata disana.
Tanpa meninggalkan Socio-culture, PKS juga tetap bergerak di ranah masyarakat bawah, meningkatkan kualitas kaum perempuan, meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan pemberdayaan ekonomi. Tak ketinggalan juga kita bisa lihat bagaimana sedikit demi sedikit Gubernur Jabar (kader dari PKS) Ahmad Heryawan mengadakan pengajian rutin di lingkungan pemprov. Semua memang berawal dari hal yang kecil dan sederhana.  Mari kita lihat Kaidah Ushul :                                                   من لا يدرك كله لا يترك كله
(Mâ la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu) “Jika tidak bisa meraih semuanya, jangan tinggalkan semuanya”
Memang pencapaian yang ada masih belum sempurna dan lengkap..tapi jangan sampai kita tinggalkan semuanya.
Kerja nyata PKS juga bisa dirasakan baik dalam kondisi normal atau dalam kondisi bencana. Dikala banyak pihak berdebat mengenai apa penyebab banjir Jakarta, berdebat apakah harus pindah Ibukota, tapi kader-kader PKS secara konkrit terjun ke tiap-tiap sudut kota yang kebanjiran untuk membantu korban banjir, dari pembagian nasi bungkus hingga membangun posko-posko bantuan banjir. Apakah aksi ini hanya menjelang pemilu? alhamdulillah tidak.
Dari aksis baksos (bakti sosial), aksi-aksi P2B (Pos Penanggulangan Bencana), semuanya tak mengenal momentum apakah pemilu atau pilkada. Aksi-aksi PKS yang secara nyata ini, memaksimalkan fungsi dan perannya dalam Political Communication dan Political Socialization. Bagaimana PKS membangun komunikasi dan sosialisasi politik yang positif dan konstruktif di tengah derasnya arus pesimisme yang melanda masyarakat kepada partai politik di Indonesia.
Di tengah kondisi maraknya Praktik korupsi di segala lini, riba merajalela, Narkoba menjamur dari rakyat bawah, artis-artis, hingga pejabat, pergaulan bebas dan permisif, liberalisasi di berbagai sector, dari sosial, pendidikan, hingga budaya, semua ini ummat membutuhkan perubahan yang nyata, ummat membutuhkan pemimpin yang kuat dan amanah . Maka tak layak bagi kita untuk meninggalkan kondisi ini dengan menunggu hingga pada akhirnya dikuasai oleh Pihak-pihak serakah yang menggerogoti bangsa. Ummat juga membutuhkan kerja nyata dan konsisten yang tidak hanya yang bersifat musiman.
So, apakah kalian mau terus bermimpi sambil menunggu dalam diam atau bergerak dan bekerja dalam realita atau setidaknya mendukung usaha perbaikan yang nyata?


Aji Teguh Prihatno
Mursalat, Riyadh, 17 Rabiul Awwal 1434

Selasa, 08 Januari 2013

KTP itu Bernama Iqama


Sama seperti yang dilakukan oleh para pekerja yang bekerja di Saudi, semua pekerja kudu musti mengurus dokumen Iqama. Iqama, atau kita sebut KTP (kartu tanda penduduk) adalah kartu wajib bagi yang stay di Saudi Arabia, sekali anda ditemukan dalam keadaan tanpa dokumen identitas (passport atau Iqama) bakal berabe urusan dengan petugas kepolisian.

Saya yang saat itu telah tiba beberapa hari di Saudi dengan sigap mengurus iqama. Dahulu sebelum sistem sebagus sekarang mengurus iqama bisa sampai berbulan-berbulan atau bahkan bertahun-tahun, alhamdulillah saya ga sampe segitu lama nya. cukup setelah tiga bulan saja stay di Riyadh, iqama pun di tangan..itu mah berbulan-bulan juga ya..

Seharusnya sebulan pun cukup untuk mengurus Iqama, namun saya butuh waktu lagi karena harus mengurus dokumes SCE terlebih dulu sebelum mengurus iqama. SCE (Saudi Council Engineering) itu semacam sertifikasi halal #eh sertifikasi resmi dari pemerintah Saudi kepada seluruh pekerja yang status pendidikannya lulusan Teknik atau disebut engineer atau dalam bahasa arab disebut Muhandis. Dengan membayar sebesar 1250 riyal kita sudah dapat mendaftar dan mendapatkan sertifikat SCE. Kalau saya rasa ga ngefek juga sih adanya SCE, cuman dapet selembar kertas aja..hehe..

Sungguh saya termasuk orang yang...hadeeh.. males banget deh ngurus-ngurus dokumen ini itu. Ketika melihat situs online SCE nya saja, mata sudah ogah begini buat ngisi-ngisi dokumen begituan..Tapi, dengan bismillah..Kuatkan tekad sekuat baja, mulailah saya mengisi satu persatu via online pra-syarat untuk request SCE, dari translasi ijazah dan transkrip dalam bahasa arab hingga beberapa dokumen lain.

Dengan tekun satu persatu saya submit dokumen-dokumen yang telah di-scan ke situs online SCE. dan ternyata statusnya failed terus karena ukurannya bermasalah, saya edit-edit lagi supaya pas dan alhamulillah statusnya submitted.

Saya menerima sms notifikasi agar menunggu kabar selanjutnya, seminggu saya tunggu kabar dari SCE tidak ada kabar juga, akhirnya saya ke kantor SCE. Secara, belum bisa bahasa arab ke pergi sendirian ke kantor di saudi. saya tertolong karena ada supir panggilan dengan status free lance driver dari seorang berkewarganegaraan Bangladesh yang mampu berbahasa melayu, Hanan namanya, jadi saya menyewa beliau untuk ke kantor SCE.

Setelah tiba di kantor SCE diantar Hanan, mereka katakan untuk tunggu beberapa hari lagi nanti dikirimi oleh mereka sms notifikasi. Keesokan harinya, sms pun saya terima tapi gagal man teman..hiks hiks.. isi notifikasinya ada yang kurang dari dokumen-dokumen yang saya submit.. :(

Akhirnya, saya coba submit ulang dengan dokumen yang persis sama tidak ada penambahan dan pengurangan, tiga hari kemudian berhasil. aneh kan?

Kemudian, saya datang lagi ke kantor SCE dan alhamdulillah wa syukurilah dokumen didapat.
setelah sehelai kertas SCE itu saya dapat saya kirim ke agent saya untuk diurus ke jawazat, kantor pembuatan Iqama. dua hingga tiga minggu kemudian (awal agustus) Kartu Iqama saya pun di tangan.

Mursalat, Riyadh

-LivingInRiyadh seri 2