Jumat, 21 September 2012

Zabalatul Afkar (Sampah Pemikiran) : Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme Agama

Zalabalatul Afkar. majalahfiqih.wordpress.com



“Para ulama Al Azhar menganggap kebanyakan pemikiran orang-orang liberal itu sebagai zabalatul afkar(sampah pemikiran)” ~Ustdz Habiburahman El Shirazy
Saya masih teringat kala masih duduk di bangku SMP, salah seorang guru berkata, “Pada dasarnya, semua agama itu sama, semua agama mengajarkan kebaikan”. Saat itu, dengan keterbatasan ilmu dan wawasan dalam hati saya “mengiyakan”.Saat itu, dengan level pemikiran anak SMP, saya pikir “iya juga ya..mana ada agama ngajarin kejahatan?”.
Namun kini, ketika Allah telah menganugerahkan pemahaman ilmu agama dan wawasan, betapa bathil nya pernyataan itu dari segi Aqidah Islam. Kenapa? jelaslah Agama yang bagi saya dengan keyakinan Islam hanyalah islam saja yang mengajarkan kebaikan, karena hanya Islam yang mengajarkan kepada pemeluknya untuk menyembah Allah saja dengan mengikuti praktik peribadatan yang dicontohkan Rasulullah Shallahu’alaihi Wa Sallam. Apakah ada agama lain yang mengajar persis 100% seperti ini?.
Seluruh Ummat Islam seharusnyalah meyakini hanya Islam yang benar dan baik, selain agama Islam tidak menyuruh menyembah Allah dan mengikuti contoh Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wa Sallam.
Itulah salah satu contoh bentuk Zabalatul Afkar (sampah pemikiran) yang telah merasuki dunia kita sehari-hari. Itulah pemikiran yang kita kenal saat ini dengan sebutan Plularisme. Paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama, menuju Tuhan yang sama. Na’udzubillah.
Dalam kesempatan ini, penulis akan mencoba membahas isme yang sangat berbahaya bagi Aqidah Ummat Islam yang harus dibersihkan dari tubuh Ummat, karena ia adalah Zabalatul Afkar (sampah pemikiran) :
Sekularisme
Ketika agama hanya berada di tempat-tempat Ibadah, hanya ada di mesjid, hanya ada di majelis-majelis ta’lim, semua Ummat Islam tidak boleh membawa urusan dan istilah-istilah agama pada ranah umum apalagi pemerintahan, urusan negara adalah urusan manusia, semua diurus sesuai dengen kehendak para pejabat pemerintahnya hanya berdasar konsensus, itulah sekularisme, sebuah pemikiran (yang banyak negara-negara di Dunia ini masih menerapkannya) yang memisahkan urusan dunia dari agama.
Pemikiran ini sangat bertolak belakang dari ajaran Islam, karena Islam satu-satunya agama yang mengatur seluruh sendi kehidupan, dari urusan individu, urusan keluarga, urusan masyarakat, hingga urusan berbangsa dan bernegara.
Sedangkan sekularisme berusaha mengebiri ajaran Islam yang menyeluruh dan sempurna ini, dengan menempatkan ajaran islam hanya di mesjid saja, agar ketika orang keluar dari mesjid maka kehidupannya bebas tak perlu mengikuti aturan agama alias murtad. Karena di mesjid ia sholat menyembah Allah, namun di ketika berinteraksi di ranah umum ia sangat bisa jadi menyembah “Tuhan yang lain” bahkan bisa menjadi atheis !.
Pemikiran sekularisme ini menghendaki para muslimah menutup aurat ketika sholat saja, ketika di majelis ta’lim saja, keluar dari sana muslimah haruslah menanggalkan auratnya, karena tempat umum bukanlah tempat untuk beragama. Karena pemikiran Sekularisme pula Ummat Islam juga tidak boleh berbicara dengan merefer kepada Al Quran (bahkan meski berbicara di mesjid)!.
Jadi, dengan Sekularisme Ummat Islam dipaksa untuk meyakini sebagian saja ajaran Islam dan mengingkari bagian yang lain yang bertentangan dengan firman Allah :
“..Adakah kamu percaya (beriman) kepada sebahagian kandungan Kitab (al-Quran) dan ingkar akan sebahagiannya?” (QS. Al-Baqarah: 85)
Ketika Pemikiran Sekularisme ini telah merasuk ke seluruh para aparatur dan pejabat negara, ke seluruh pendidik di negeri ini, ke seluruh elemen bangsa maka yang  terjadi adalah perusakan sendi-sendi agama, tak dilaksanakannya ajaran Islam secara menyeluruh. Sekularisme menghendaki supaya Ummat menghadapi problema di ranah umum (negara) maka Ummat pasti kebingungan karena sandarannya bukan Al Islam namun akal.
Tepat sekali pernyataan Imam Hasan Al Banna tentanga syumuliatul Islam (islam menyeluruh) yang bertolak belakang pemikiran sekularisme :
“Islam adalah negara dan tanah air, atau pemerintahan dan umat, ia adalah akhlak dan kekuatan, atau kasih sayang dan keadilan, ia adalah wawasan dan perundang-undangan, atau ilmu pengetahuan dan peradilan, ia adalah materi dan kekayaan, atau kerja dan penghasilan, ia adalah jihad dan dakwah, atau tentara dan fikrah, sebagaimana ia adalah akidah yang bersih dan ibadah yang benar.”
Pluralisme
Meski tidak ada definisi yang jelas akan arti dari pluralisme, namun sudah ada kesamaan pandangan dari para pendukung pemikiran ini bahwa paham pluralisme meyakini semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Paham ini juga menyatakan, bahwa agama adalah persepsi manusia yang relatif terhadap Tuhan yang mutlak.
Sehingga, karena relatif, maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.
John Hick, salah satu tokoh penting dalam wacana Pluralisme, dalam bukunya “God Has Many Names”, menganalogikan teori Heliosentris sebagai konsep pluralismenya.
Dimana Teori Heliosentris menyebutkan bahwa matahari sebagai Pusat Tata Surya yang dikelilingi Bumi, begitu pula Tuhan adalah Matahari-nya, sumber asli dari cahaya dan kehidupan, yang semua agama bercermin pada-Nya, dengan cara-cara mereka yang berbeda-beda (He is the Sun, the originative source of light and life, whom all the religions reflect in their own different ways), dari sinilah Hick mengajak Ummat manusia untuk beralih dari Religion-Centredness kepada God Centredness.
Senada dengan Hick, Mahatma Gandhi juga menyerukan konsep Pluralisme :
“Agama adalah ibarat jalan yang berbeda-beda namun menuju titik yang sama. Apakah kita menempuh jalan yang berbeda-beda, selama kita sampai di tujuan yang sama, tentu tidak menjadi masalah. Pada kenyataannya, mungkin banyaknya agama sama dengan banyaknya individu”
Dari isinya, paham pluralisme jelas sekali bertentangan dengan ajaran Islam yang hanya mengakui Agama Islam saja yang diakui Allah. Kita dapat melihat pertentangan paham ini dari ayat :
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Ali Imran [3]: 85)
Dalam Al Tafsir al Muyassar, “Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam (bermakna berserah diri kepada Allah dengan Tauhid, tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan penghambaan, serta tunduk kepada Rasulullah dengan mengimaninya, mengikutinya dan mencintainya secara lahir dan batin), Maka tidak akan diterima agama itu darinya dan di akhirat termasuk orang yang rugi, tidak mendapatkan bagian untuk dirinya.
Bagi orang - orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, tidaklah mungkin mengatakan semua agama itu sama, Logika nya, satu-satu nya agama yang mengajarkan kepada Ummatnya untuk menyembah Allah Subhanahu Wata’ala saja (dengan sifat-sifat-Nya dijelaskan khusus dalam Al Quran dan Hadits)  dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad dalam seluruh sendi kehidupan hanyalah Islam. Sedangkan agama lain berbeda ajarannya tidak menyembah Allah dan tidak mengikuti Nabi Muhammad, bagaimana dikatakan sama?
Seperti yang penulis ceritakan di awal tulisan, paham pluralisme yang telah merasuki dunia pendidikan sangat bisa jadi telah merambah ke berbagai bidang kehidupan lain. Inilah bahaya pluralisme, banyak Ummat Islam bisa keluar dari agamanya tanpa sadar ketika sudah meyakini dan membenarkan paham pluralisme ini, sehingga membuat banyak Ummat Islam batal syahadat-nya akibat dari meyakini plularisme yang berimplikasi meyakini kebenaran Tuhan versi ajaran agama lain.
Liberalisme
Liberalisme agama menginginkan tiap tiap individu mengeyampingkan ajaran agama, mengutamakan kebebasan pribadi dalam menjalankan kehidupan atas nama HAM (hak asasi manusia), pernikahan sejenis yang pada hakikatnya penyakit dan penyimpangan seksual diperbolehkan dan dianggap HAM, bertelanjang di publik dianggap sebagai HAM, pornografi yang jelas-jelas merusak dianggap sebagai HAM, penodaan agama Islam dengan gerakan Nabi palsu, ajaran Ahmadiyah dengan Nabi Mirza Ghulan, ajaran Syiah yang merubah Aqidah Islam, bahkan hingga penodaan kepada Nabi Muhammad juga dianggap sebentuk HAM!.
Term “Liberal” yang bermakna bebas lepas, tidak bisa disandingkan dengan “Islam” yang bermakna keselamatan atau ketundukan dan kepatuhan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengajak kepada seluruh Ummat Islam menolak konsep “Islam Liberal” karena pemikiran ini mereduksi bahkan meruntuhkan sendi ajaran ISlam yang sudah sempurna, seperti kita lihat dari situs resmi Jaringan Islam Liberal yang ada di Indonesia, dapat kita lihat landasan pemikiran ini :
“Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi)
Mari kita liat dengan seksama, pemikiran JIL sudah masuk untuk ber-Itjihad dalam segi ilahiyyat (teologi)!, artinya kalau hari ini JIL meyakini Allah Subhanahu Wa ta’ala sebagai Tuhan, bisa jadi suatu hari Tuhan akan berganti bukan Allah lagi, entah siapa saja bisa “di-Tuhan-kan” !!!.
Dalam Hukum Islam, tidak ada perdebatan dan tidak ada perselihan jika menyangkut hal-hal yang sudah pokok (ushul) atau lazim kita sebut dengan Absolut, seperti persoalan uluhiyat kepada Allah. Ketauhidan, Aqidah, Rukun Iman, Rukun Islam, Sifat-sifat Allah, macam-macam peribatan kepada Allah tentu hanya apa yang sudah termaktub dari Al Quran dan Al Hadits saja, tidak ada pintu sama sekali untuk berijtihad dalam hal ini.
Keabsolutan Syariah Islam karena konsep nya Mutawatir (para periwayat nash mustahil bersepakat untuk berdusta), Ijma’ (kesepatakan para ulama), dan Qat’i al dalalah, nash yaitu Al Quran dan Al Hadits, yang menunjuk pada makna tertentu yang tidak mengandung kemungkinan untuk dita’wil [dipalingkan dari makna asalnya] dan tidak ada celah atau peluang untuk memahaminya selain makna tersebut).
Selain itu untuk dapat ber-itjihad begitu banyak syarat yang harus dipenuhi (seperti mengusai Hukum-hukum yang ada dalam Quran dan Al Hadits, yang pasti tentu juga Hapal Quran dan ribuan hadits, menguasai bahasa arab serta akhlak dan ibadahnya harus terjaga dengan standar yang ketat yang diakui oleh para Ulama).
Bagaimana mungkin orang yang jarang sholat, jarang baca quran, hanya hapal beberapa surat pendek di Juz Amma dapat menafsirkan quran, hadits bahkan berijtihad??! inilah penyimpangan dari paham islam Liberal yang digawangi JIL (di Indonesia).
Mari bersih bersih
Selayaknya sampah di rumah kita yang kalau tidak dibersihkan akan menyebabkan bau tak sedap bahkan penyakit, demikian pula pemikiran-pemikiran Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme agama yang merupakan sampah pemikiran di tengah-tengah Ummat kita, jangan pernah berhenti untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada Ummat bahwa pemikiran ini berbahaya untuk dunia dan akhirat.
Sampah pemikiran yg menyatakan semua agama adalah sama, sampah pemikiran menyatakan mencium bukan wanita adalah sedekah, sampah pemikiran menyatakan AL Quran perlu di  revisi, sampah pemikiran menyatakan jilbab adalah situasional seperti halnya swimsuit, sampah pemikiran yang menyatakan manusia berasal dari spesies kera, sampah pemikiran yang membolehkan semua orang berhak menafsirkan quran,hadits,dan berijtihad, sampah pemikiran yang menyatakan agama adalah hasil budaya manusia, sampah pemikiran yang menyatakan semua orang bisa menjadi Nabi, Sampah pemikiran yang menyatakan penghinaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam adalah HAM!,
Sampah pemikiran yang akan terus menerus meracuni dan merusak Ummat Islam kalau didiamkan.
Fatwa MUI pun sudah memutuskan “Pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama” adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pantaslah ketika saya berbincang kepada Ustadz Habiburrahman (seorang da’i dan penulis) beliau mengatakan sebutan yang pantas disematkan/disandang pemikiran Sepilis adalah Zabalatul Afkar (sampah pemikiran).
==========================================================================
Ref :
Akmal Sjafril, “Buya Hamka antara Kelurusan Aqidah dan Pluralisme”
Fatwa Majelis Ulama Nomor:7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme, liberalisme, dan Sekularisme Agama
http://syariahonline.com/v2/fatwa/mui/1927-pluralisme-liberalisme-dan-sekularisme-agama.html
http://muslim.or.id/manhaj/pluralisme-agama-trend-pemikiran-semua-agama-adalah-sama.html
http://www.hasanalbanna.com/prinsip-pertama-kesempurnaan-islam-2/ _Hasan Albanna
http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/4930/ide-sesat-sekularismepluralisme-dan-liberalisme
http://www.scribd.com/doc/50639623/32/Syarat-syarat-Ijtihad
http://media.isnet.org/isnet/Nadirsyah/ijma.html
http://fr.twitter.com/h_elshirazy/status/143500398232223745
http://islamlib.com/id/halaman/tentang-jil

Selasa, 19 Juni 2012

7 Jam Saja


Tak terasa sebulan saya sudah stay di Salah satu negara Timur Tengah, Saudi Arabia. Benar kata pepatah, "waktu itu pasti terus berlari dengan cepat!", (jangan tanya pepatah dari mana, barusan saya yang buat ^_^). Pada momen ini masih lekat pada ingatan saya bagaimana pertama kali tiba di negara ini sebulan yang lalu.

Jadi begini ceritanya.. *dan kemudian suara angin berdesir, jangkrik, dan suara kodok bersaut2an..*

Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir 12 jam, Alhamdulillah sampailah saya di tanah jazirah Arab, saya mendarat di Bandara King Khalid International Airport di kota Riyadh. Sebagai orang yang pertama kali menjejakkan kaki di Timur tengah, sendirian pula, saya mengalami rasa penasaran yang besar dan banyak pertanyaan dalam benak, kalut, gelisah, dan juga galau.. *lebay banget*..  seperti pertanyaan kemana dulu  setelah turun dari pesawat, kemudian setelah keluar dari bandara bagaimana suasana kota Riyadh, dan seterusnya dan seterusnya. Sendirian masuk bandara di negeri orang kali pertama sesuatu banget rasanya.

Alhamdulillah, saya memiliki teman yang sangat baik, Ilden namanya, dia menelponku bahwa ia sudah tiba di Bandara untuk menjemput saya, saat itu pukul tiga pagi, secara..pukul tiga pagi! anugerah banget saudara-saudara punya sohib seperti beliau, udah gitu beliau High Quality Jomblo lhoo.. (dibayar berapa nih ane sama ilden..hehe). Aku yang sedang membawa koper dengan penuh suka cita dan optimisme, sambil menerima telpon darinya kukatakan kepada sahabatku itu untuk menunggu sekitar mungkin beberapa menit lagi keluar bandara karena harus masuk ke bagian imigrasi.

Tibalah aku di antrian untuk imigrasi, ternyata sudah ada ratusan orang disana, dari berbagai etnis dan bangsa. Afrika, India, China, dan entah dari bangsa mana. Mayoritas India. Aku katakan kepada Ilden melalui sms, mungkin sejam keluar dari bandara karena cukup banyak yang di antrian imigrasi ini.
Sejam menunggu pun terlihat tidak ada perkembangan berarti, posisiku masih di antrian belakang, kupun sholat shubuh terlebih dulu. Setelah sholat kembali ke antrian, setelah menunggu sejam lagi, tidak ada pula  kemajuan dalam barisan ini. Ada apa gerangan sampai terasa lama ya antrian ini? ada perasaan yang tidak enak menggelayuti diri.

Dua jam berikutnya hanya sekitar beberapa meter aku maju. Masya Allah, sudah 4 jam antri tidak ada perkembangan!. Aku terus memberitahu kawanku itu bahwa antrian imigrasinya begitu lama. Aku hendak berusaha melihat-lihat counter imgrasi ingin tahu apa yang terjadi kenapa begitu lama proses imigrasi ini. Pastinya, rasanya ga enak banget kepada sahabatku yang sudah nunggu empat jam lamanya. 

Setelah aku berusaha melongok lebih dekat ke arah para petugas imigrasi, ternyata oh ternyata, para petugas imigrasi ini begitu terlihat santai nya melayani para warga yg ingin diproses, rekam sidik jari dan foto. KUlihat mereka sambil merokok, sambil mengobrol, sambil pegang-pegang hape, bahkan mondar mandir tidak jelas.

Di jam kelima aku menunggu ada kejadian yang cukup luar biasa menguji kesabaran, barisanku diselak oleh satu barisan wanita dari Afrika, mungkin TKW dari afrika ya..positif thinking ku mungkin karena mereka wanita jadi didahulukan.. oke gapapa deh pikirku saat itu..

Bertambah pula menunggu sejam. dan tiba-tiba sang petugas keluar dan menutup counternya tanpa ada yg berjaga disitu. "Heii, mau kemana loe? gue udh nunggu 6 jam dimari loe malah keluar ga ada yg gantiin..apa-apaan ini??" teriakku dalam hati, dan posisiku saat itu sudah nomor dua dalam barisan. Kebayang kan betapa dongkol nya saat itu.

Di jam 6.5 kembali barisanku diselak oleh 3 wanita afrika karena diininstruksi oleh petugas, oke deh gpp.. sambil muka manyun..dan.. Alhamdulillah di jam ke 7 lebih 3 menit 23 koma 5 detik.. (agak didramatisir), aku masuk ke counter untuk di rekam sidik jari dan difoto, terima 10 angka entry number and done. ga lebih dari 3 menit!.

Coba bayangkan man teman..bayangkan..kalau itu para petugas kerjanya bener ga pakai merokok, mengobrol, mondar mandir..insya Allah tidak sampai tiga jam saya mengantri.

Ada beberapa hikmah dari peristiwa menunggu antrian selama 7 jam ini. Pertama, yang pasti saya jadi banyak-banyak istighfar ketika rasa kesabaran sedang diuji seuji-ujinya. Kenapa baik untuk banyak istighfar? Karena selain memohon ampunan atas segala dosa kita, istighfar juga dapat mendatangkan kegembiraan seperti hadits dari Rasul Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

"Barang siapa yang selalu beristighfar,maka Allah akan menjadikan keluhkesah kegembiaran,kesempitan menjadi keleluasaan" [HR.Ahmad & Abu Daud]

Kedua, karena saya orangnya selalu berorientasi pada perbaikan, maka saya jadi terpikir bagaimana cara membuat sebuah pelayanan imigrasi itu baik, kepada siapapun, baik itu orang kulit hitam atau putih, kepada kelas atas atau kelas para buruh pekerja. Intinya, sebentuk pelayanan untuk kepentingan masyarakat umum itu adalah kewajiban seorang pemimpin untuk melayani. 

Sistem yang sudah baik harus ditopang oleh personal yang baik pula. kalau semua petugas disiplin, antusias, cekatan, insya Allah saya yakin pelayanan akan jauh lebih baik dan lebih cepat. Saat itu saya jadi terpikir ga mungkin membawa keluarga (anak istri) ke Riyadh mengingat pelayanan imigrasi yang kurang oke, tapi belakangan informasi yang saya dapat dari senior yang sudah lama bekerja dan stay disini, petugas imigrasi di Riyadh sangat welcome terhadap keluarga yang membawa anak istri, jadi mestinya didahulukan. Alhamdulillah deh seneng denger nya, berarti ada sisi baiknya juga ya para petugas imigrasi disini.
 
Selepas dari bagian imigrasi yang cukup menguji kesabaran iman dan taqwa itu aku memasuki wilayah bagasi untuk ambil koper. Setelah puaing -pusing (muter-muter) selama lima menit saya dapatkan koper saya dan sahabatku sudah menunggu di luar bandara. Sambil tersenyum kutanya sahabatku yang tersenyum menyambutku, "Berapa lama kawan kau menungguku? 7 jam saja. :)

*Kepada sahabatku ilden, terima kasih atas segalanya my brother, your kindness will be never forget.. i owe you much.. :)